http://picasion.com
.

5:18 PM
0
Bandung - Memunculkan tren akan kecintaan terhadap budaya lokal saat ini dinilai cukup sulit di tengah bebasnya budaya luar silih berganti masuk ke Indonesia. Dibutuhkan suatu konsistensi dan semangat yang besar untuk bertindak nyata menyelamatkan tradisi lokal yang ada di Indoensia.

Di tengah kondisi tradisi lokal yang mulai tergeser oleh moderenisasi, seorang musisi metalhead muncul menjadi salah satu pionir yang melestarikan budaya sunda dengan memakai iket kepala khas priangan. Sosok tersebut dikenal di kalangan anak metal dengan nama Man Jasad.

Sekitar tahun 2005, vokalis
Jasad ini mulai memakai iket dan baju pangsi saat ia tampil bersama band-nya. Dengan gaya berpakaian seperti itu, tak mudah bagi Man. Ia mengaku kerap diejek oleh teman-temannya.

"Baju pangsi selama ini oleh media disebut sebagai pakaian dukun. Padahal itu kan fesyen orang sunda. Pada awalnya saya juga diejek, seperti yang mau penca, seperti dukun," curhat pria berambut gondorng yang mempunyai nama lengkap Mohamad Rohman ini kepada detikbandung.

 
Namun seiring berjalannya waktu, ejekan tersebut terkikis sedikit demi sedikit bahkan menjadi bagian dari identitas anak metal. Buktinya? Saat ini setiap pertunjukan band-band metal, mayoritas menggunakan iket kepala, baik para pemain band-nya maupun penonton.

"Sekarang pakai iket ini sudah menjadi identitas anak metal, karena yang pakai iket ini tidak hanya di wilayah Jawa Barat saja, tapi di provinsi dan kota-kota lain juga," ujar Man.

Tujuan Man memakai fesyen tradsional sunda bukan hanya sekadar tampil beda atau ingin menjadi trensetter. Dibalik selera musikya yang garang, Man mencoba ikut andil dalam pelestarian budaya sunda yang kini sudah semakin pudar di kalangan anak muda.

"Makanya saya buka kelas aksara sunda bersama teman saya, terus karinding dan suka ada diskusi budaya kecil-kecilan juga. Biar orang-orang tahum sunda itu bukan etnis bukan geografis, tapi way of life, atau suatu ajaran tentang kehidupan," tutupnya.

Man Jasad Bangga dengan Budaya Leluhur
Menjadi musikus yang memainkan musik brutal death metal bukan berarti harus kehilangan jati diri. Hal itulah yang diyakini Mohamad Rohman, atau yang lebih dikenal sebagai Man Jasad.

“Saya orang Indonesia dan kebetulan orang Sunda. Budaya warisan karuhun (nenek moyang) Sunda juga kaya dan karena budaya sifatnya universal seperti halnya musik, pasti bisa sauyunan (selaras) bila dipadukan,“ ujar vokalis band Jasad itu di Jakarta, Sabtu (28/9).

Hal itu ia buktikan dengan selalu mengenakan iket (ikat kepala khas Priangan) dan baju pangsi (baju khas masyarakat Sunda zaman dulu) dalam setiap penampilannya di panggung.

Selain lirik berbahasa Sunda di beberapa lagu, lelaki kelahiran Cimahi, Bandung, 12 Januari 1978 itu juga menyisipkan permainan ka rinding (alat musik tiup khas Sunda) dalam beberapa komposisi musik metal yang ia mainkan bersama Ferly (gitaris), Yuli (basis), dan Abaz (drumer). (Jajang Sumantri)
Karinding Attack ( Bamboo Heavy Metal )
Karinding, Seni Sunda Yang Menggeliat. Pada awalnya saya mengenal alat musik sunda itu, suling, gamelan, calung, angklung dan kendang. Ternyata masih banyak khazanah kesenian dan alat-alat musik sunda yang beredar tetapi tidak terpublikasi dan tidak diajarkan sewaktu sekolah. Saat ini, ada suatu group musik underground dan lumayan keren yang menggunakan alat musik ini sebagai alat musik utama. yaitu  ‘Karinding Attack”. Karinding sendiri terbuat dari bambu tua dan kering atau dari pelepah aren, alat musik tradisional yang dikategorikan sebagai permainan rakyat ini konon sudah ada di tanah Sunda sejak 300 tahun lalu. Karinding hanya bisa dimainkan dalam satu kunci nada yang dibunyikannya dengan meniup dan menggerakan bagian ujung. 

"Jika hanya kunci F maka F saja, jika kunci G ya G saja," jelas Dedi (42) dari Komunitas Hong dalam workshop karinding di even Bandung Kotaku Hijau, Lapangan Tegallega dari Sabtu-Minggu (2-3/8/2008).

Jika akan memainkan nada lainnya, lanjut Dedi, pemain karinding cukup mengatur pernafasan.

sebenarnya sekarang banyak kelompok Karinding semakin bertebaran. Namun, kebanyakan semua kelompok Karinding kurang mensosialisasikan alat musik yang cukup unik tersebut atau hanya dijadikan suatu hobi saja. namun, ditengah hal tersebut "Karinding Attack" muncull sebagai grup musik yang mensosialisasikan alat musik karinding dan membawa warna baru pada musik tradisional ini. Kerinding Attack menyatukan musik Karinding dengan musik Metal atau cadas. Sehingga timbul suatu musik yang unik yang enak didengar. Karinding Attack sendiri lebih memilih berkolaborasi dengan musik Metal karena background para personilnya yang berasal dari band-band metal yang cukup terkenal di Kota Bandung seperti "Man Jasad". berikut personil dari Karinding Attack:

Iman Zimbot : Toleat, Suling, Voice
Man Jasad : Karinding and voice
Mang Utun : Karinding
Kimung Core : Karinding and Celempung
Ameng GB : Karinding
Hendra : Karinding and Celempung
Okid Gugat : Karinding
Wisnu Jawis : Karinding
Iket Sunda yang merupakan warisan budaya Sunda inipun kini dipopuler kembali menjadi ciri khas dalam PILKADA Kabupaten Bandung, yaitu oleh pasangan Calon Bupati dan Calon Bupati Bandung H. Dadang Mochammad Naser atau biasa di panggil Kang DN, dengan pasangan Calon Wakilnya H. Gun Gun Gunawan. 
Ngamumule warisan budaya Sunda, kini Iket Sunda ini dipopulerkan kembali sebagai ciri khas oleh Pasangan calon Bupati dan calon Wakil Bupati Kabupaten Bandung dengan nomor urut 2 , kang H. Dadang M. Naser & H. Gun Gun Gunawan. Bahkan sebelum dipopulerkan oleh calon bupati dan Wakil Bupati kab. Bandung ini, iket Sunda ini juga sudah di populerkan oleh kang Emil (Ridwan Kamil) Walikota Bandung
Memunculkan tren akan kecintaan terhadap budaya lokal saat ini dinilai cukup sulit di tengah bebasnya budaya luar silih berganti masuk ke Indonesia. Dibutuhkan suatu konsistensi dan semangat yang besar untuk bertindak nyata menyelamatkan tradisi lokal yang ada di Indoensia.
Di tengah kondisi tradisi lokal yang mulai tergeser oleh moderenisasi, calon bupati & calon wakil bupati kab. Bandung “SABDAGUNA” muncul menjadi salah satu pionir yang melestarikan budaya sunda dengan memakai iket kepala khas priangan. Ngamumule identitas kesundaan. Ini adalah tren fositif, tren kecintaan pada budaya lokal kita, Urang Sunda.
“Secara tersirat, iket sunda menjadi suatu simbol dari karakter, filosofi dan estetika si pemakainya, sementara fungsi dasarnya untuk merapihkan rambut, melindungi kepala dari cuaca panas, hujan dan lingkungan, membawa barang dan pelindung badan iket bisa juga dikatakan sebagai Mahkota dan mencerminkan si pemakainya tidak sombong”. – Aip Saripudin.
Ngajaga Lembur, Akur jeung Dulur, Panceg Dina Galur


:: Referensi :
Pikiran Rakyat edisi 20 Januari 2013. Iket Mengikat Loyalitas Budaya.
Motor Plus. Tren Iket Sunda, jadi Pengganti Bandana Saat Riding.
Fokus Jabar. Iket Sunda Harus Jadi Gaya Hidup Sehari-hari.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar

ThankYou for YouTube